Langsung ke konten utama

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Kisah Nabi Nuh dan Umat yang Tenggelam karena Banjir Besar

 Kisah Nabi Nuh dan Umat yang Tenggelam karena Banjir Besar


Nabi Nuh AS terkenal dengan kisah kapal untuk mengarungi banjir besar. Namun, di luar bahteranya, ada banyak hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Nuh.


Nabi Nuh adalah nabi ketiga yang patut diimani setelah Nabi Adam AS dan Nabi Idris AS. Nuh merupakan keturunan kesembilan dari Nabi Adam.

Nama Nuh berasal dari bahasa Syria yang berarti 'bersyukur'. Nabi Nuh juga mendapatkan gelar dari Allah SWT sebagai abdussyakur. Gelar itu berarti hamba yang banyak bersyukur sesuai dengan surat Al-Isra ayat 3.

"[Yaitu] anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba [Allah] yang banyak bersyukur," bunyi terjemahan surat Al-Isra ayat 3.

Nabi Nuh juga masuk dalam rasul Ulul Azmi, yaitu rasul dengan ketabahan dan keteguhan hati yang luar biasa. Sesuai surat Al-Ankabut ayat 14, Nabi Nuh bahkan berdakwah selama 950 tahun.

Nabi Nuh diutus oleh Allah SWT untuk menyerukan ajaran Allah pada umat Bani Rasib yang menyembah berhala berupa patung-patung. Kezaliman di masa itu juga tengah meningkat pesat.


Dengan kesabaran, Nabi Nuh mulai berdakwah kepada umatnya. Dia mengajarkan untuk menyembah Allah, meninggalkan maksiat, dan berbuat kebaikan.

Namun, bukannya menurut, kaum Nabi Nuh tetap saja tak percaya dengan ajaran dan peringatan yang disampaikan. Kaum Bani Rasib bahkan tak percaya bahwa Nabi Nuh merupakan seorang rasul.

"Menurut riwayat, jumlah pengikut Nabi Nuh AS tidak lebih dari 80 orang. Para pengikut Nabi Nuh AS tersebut terdiri dari orang-orang miskin dan lemah," dikutip dari Nabi Nuh AS: Keajaiban Bahtera Raksasa karya Testriono dan Tim Divaro.

Tapi, Nabi Nuh tak patah arang. Ia tetap melanjutkan dakwah meski menerima banyak celaan. Setiap kali Nabi Nuh berdakwah, mereka justru memasukkan anak jarinya ke telinga dan menutup wajahnya dengan pakaian tanda penolakan. Kisah perjuangan Nabi Nuh ini terdapat dalam Surat Nuh ayat 1-12.

Pengikut Nabi Nuh bahkan sampai diusir oleh para penguasa dan orang-orang kaya di masa itu.

Kaum Nabi Nuh juga menantang Nuh untuk mendatangkan azab yang selalu disampaikan oleh Nuh.

"Mereka berkata 'Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar'." Berikut bunyi terjemahan surat Hud ayat 32.

Nuh lalu menjawab bahwa azab itu hanya bisa didatangkan oleh Allah. Allah lalu meminta Nabi Nuh tak bersedih dan tetap teguh pada pendirian.

Nabi Nuh lalu berdoa agar Allah memberi hukuman pada orang-orang kafir tersebut. Allah lantas memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat sebuah bahtera berupa kapal besar untuk mengangkut orang yang beriman beserta sepasang hewan. Allah menyebut orang-orang kafir itu akan ditenggelamkan.

Atas perintah itu, Nabi Nuh mengumpulkan pengikutnya dan bergotong royong membuat bahtera dari kayu selama siang dan malam dalam beberapa tahun. Kerja keras Nabi Nuh ini juga mendapat cemooh dari orang-orang yang tercela.

Gaya Hidup
MENU
MASUK DAFTAR
Kanal Pemilu Tepercaya
Laporan Interaktif
Ekopedia
Edusports
Aku dan Jakarta
Features
Home
Nasional
Politik Hukum & Kriminal Peristiwa
Internasional
Asean Asia Pasifik Timur Tengah Eropa Amerika
Ekonomi
Keuangan Energi Bisnis Makro
Olahraga
Sepakbola Moto GP F1 Raket
Teknologi
Teknologi Informasi Sains Telekomunikasi
Otomotif
Tren Mobil Motor E-Vehicle
Hiburan
Film Musik Seleb Seni Budaya Music At Newsroom
Gaya Hidup
Health Food Travel Trends
Fokus
Kolom
Terpopuler
Infografis
Foto
Video
TV
Indeks
Download Apps
Ikuti Kami

Home Nasional Internasional Ekonomi Olahraga Teknologi Otomotif Hiburan Gaya Hidup Fokus Kolom Terpopuler Infografis Foto Video Indeks
ADVERTISEMENT


Home Gaya Hidup Gaya Lainnya
KISAH NABI
Kisah Nabi Nuh dan Umat yang Tenggelam karena Banjir Besar
Tim | CNN Indonesia
Minggu, 26 Apr 2020 17:00 WIB

Ilustrasi. Lewat kisah Nabi Nuh, dipahami bahwa azab dan pembalasan berupa bencana besar adalah benar. (CNN Indonesia/Fajrian)


Jakarta, CNN Indonesia -- Nabi Nuh AS terkenal dengan kisah kapal untuk mengarungi banjir besar. Namun, di luar bahteranya, ada banyak hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Nuh.

Nabi Nuh adalah nabi ketiga yang patut diimani setelah Nabi Adam AS dan Nabi Idris AS. Nuh merupakan keturunan kesembilan dari Nabi Adam.

Nama Nuh berasal dari bahasa Syria yang berarti 'bersyukur'. Nabi Nuh juga mendapatkan gelar dari Allah SWT sebagai abdussyakur. Gelar itu berarti hamba yang banyak bersyukur sesuai dengan surat Al-Isra ayat 3.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat juga:Doa dan Amalan Malam Nisfu Sya'ban 2020 di Rumah
"[Yaitu] anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba [Allah] yang banyak bersyukur," bunyi terjemahan surat Al-Isra ayat 3.

Nabi Nuh juga masuk dalam rasul Ulul Azmi, yaitu rasul dengan ketabahan dan keteguhan hati yang luar biasa. Sesuai surat Al-Ankabut ayat 14, Nabi Nuh bahkan berdakwah selama 950 tahun.

Nabi Nuh diutus oleh Allah SWT untuk menyerukan ajaran Allah pada umat Bani Rasib yang menyembah berhala berupa patung-patung. Kezaliman di masa itu juga tengah meningkat pesat.

Lihat juga:Kisah Isra Miraj, Perjalanan Nabi Muhammad ke Langit ke-Tujuh
Dengan kesabaran, Nabi Nuh mulai berdakwah kepada umatnya. Dia mengajarkan untuk menyembah Allah, meninggalkan maksiat, dan berbuat kebaikan.

Namun, bukannya menurut, kaum Nabi Nuh tetap saja tak percaya dengan ajaran dan peringatan yang disampaikan. Kaum Bani Rasib bahkan tak percaya bahwa Nabi Nuh merupakan seorang rasul.

"Menurut riwayat, jumlah pengikut Nabi Nuh AS tidak lebih dari 80 orang. Para pengikut Nabi Nuh AS tersebut terdiri dari orang-orang miskin dan lemah," dikutip dari Nabi Nuh AS: Keajaiban Bahtera Raksasa karya Testriono dan Tim Divaro.

Tapi, Nabi Nuh tak patah arang. Ia tetap melanjutkan dakwah meski menerima banyak celaan. Setiap kali Nabi Nuh berdakwah, mereka justru memasukkan anak jarinya ke telinga dan menutup wajahnya dengan pakaian tanda penolakan. Kisah perjuangan Nabi Nuh ini terdapat dalam Surat Nuh ayat 1-12.

Ilustrasi. Nabi Nuh diutus oleh Allah SWT untuk menyerukan ajaran Allah pada umat Bani Rasib yang menyembah berhala berupa patung-patung. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Pengikut Nabi Nuh bahkan sampai diusir oleh para penguasa dan orang-orang kaya di masa itu.

Kaum Nabi Nuh juga menantang Nuh untuk mendatangkan azab yang selalu disampaikan oleh Nuh.

"Mereka berkata 'Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar'." Berikut bunyi terjemahan surat Hud ayat 32.

Nuh lalu menjawab bahwa azab itu hanya bisa didatangkan oleh Allah. Allah lalu meminta Nabi Nuh tak bersedih dan tetap teguh pada pendirian.

Nabi Nuh lalu berdoa agar Allah memberi hukuman pada orang-orang kafir tersebut. Allah lantas memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat sebuah bahtera berupa kapal besar untuk mengangkut orang yang beriman beserta sepasang hewan. Allah menyebut orang-orang kafir itu akan ditenggelamkan.

Atas perintah itu, Nabi Nuh mengumpulkan pengikutnya dan bergotong royong membuat bahtera dari kayu selama siang dan malam dalam beberapa tahun. Kerja keras Nabi Nuh ini juga mendapat cemooh dari orang-orang yang tercela.

Lihat juga:Tata Cara Doa Qunut Nazilah Demi Hindari Musibah Corona
Setelah bahtera itu dibuat dan tanda banjir besar bakal datang, Nuh memerintahkan pengikutnya untuk naik ke kapal. Perlahan, air bah pun mulai menggenang menenggelamkan daratan.

"Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal," bunyi terjemahan surat Asy-Syu'ara ayat 119-120.

Dalam orang-orang yang ditenggelamkan itu, termasuk putra sulung Nabi Nuh, Kan'an dan istrinya yang durhaka. Nabi Nuh sempat mengajak Kan'an naik ke atas kapal, tapi ia menolak dan yakin dapat menyelamatkan diri dari air besar itu.

Nabi Nuh lalu menyadari bahwa cinta pada anaknya membuatnya lupa pada Allah. Nuh lalu memohon ampun kepada Allah dan mengikhlaskan anaknya yang meninggal dan masuk dalam golongan orang kafir.

Kapal Nabi Nuh lalu menepi di pegunungan Arafat. Setelah air surut, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk turun dan memulai kehidupan baru.

Dari kisah di atas, kiranya kita dapat mengambil keteguhan dan kesabaran Nabi Nuh dalam bersyukur dan beribadah kepada Allah SWT sebagai salah satu pelajaran penting.

Dari kisah ini pula diketahui bahwa janji Allah berupa azab dan pembalasan berupa bencana adalah benar. Pembalasan akan datang pada waktunya. Allah juga hanya akan menyelamatkan umatnya yang beriman.

"Saat mengalami ujian dari Allah, orang selamat atau tidak, tergantung rahmat Allah, bukan karena keturunan siapa, bukan karena anak Nabi. Kalau tidak bertakwa, nasibnya akan seperti anak Nabi Nuh," kata pimpinan pesantren Al Afifiyah, KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi kepada CNNIndonesia.com. (ptj/asr)


Komentar